Mengikuti Upacara Kemerdekaan ala Mantan pemakai Narkoba
Sumber Radar Bali, Agustus 2007
Sejumlah mantan pecandu narkoba menumpahkan suara hati dan menunjukkan jiwa nasionalisme mereka lewat upacara. Ait mata pun menetes di pipi. Seperti apa?
Ada yang beda dalam upacara di Jalan Mertasari, Yakeba (Yayasan Kesehatan Bali). Suasana nungkalik (bertolak belakang) dibandingkan dengan upacara di Lapangan Puputan. Upacara yang dihelat mantan pecandu, pecandu dan pengurus Yakeba serta IKON (Ikatan Korban Napza) ini khas dan tak kalah dengan upacara resmi instansi pemerintah.
Pesertanya sekitar 30 orang. Diawali dengan berbaris. Pemimpin upacaranya pengurus Yakeba, Raden Danu. Sedangkan pembina upacaranya adalah coordinator IKON, IGN Wahyunda. Sekitar pukul 09.30 pagi upacara dimulai. Walaupun dengan pakaian bebas dan halaman sempit, pembawa dan pengibar bendera terlihat sangat serius mengatur langkah. Bendera dikerek dengan iringan lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, petuah pembina upacara.
Dalam petuahnya, IGN Wahyunda menyampaikan empat poin petisi, pertama. Menyerukan penghapusan vonis penjara bagi pecandu. Kedua, menyerukan agar semua instansi penegak hukum memberikan vonis rehabilitasi bagi pecandu, sebagaimana diatur dalam UU No: 22 Tahun 1997. ketiga menghimabau semua pihak menghormati hak azasi manusia termasuk kepada pecandu. Yang keempat, “kami menghimbau jangan hanya menyalahkan pecandu, tapi memeberi jalan keluar,” tandasnya.
Ikatan Klien Metadhone (IKLIM) atau gabungan pecandu yang sedang mengikuti terapi pun tak mau kalah. Mereka juga siap ikut memajukan bangsa dan negara dengan ketrampilannya. Namun meminta porsi perhatian pemerintah terhadap pecandu narkoba mesti lebih besar.
Yang unik dalam upacara kemarin adalah tiang bendenya. Karena tiang yang digunakan adalah bamboo runcing yang diikat di pintu gerbang. “ kami tak punya besi. Bamboo juga bias kan?” tandas Noldi, pengurus setempat juga.
Di akhir rangkaian upacara bendera, lazimnya berdoa untuk arwah pejuang yang telah gugur saja. Tak ada yang lain. Namun disitu bebeda. “ Untuk mengenang jasa dan perjuangan pahlawan dan pecandu yang talah tiada, mari kita berdoa,” pinta Wahyunda. Saat doa itu dimulai, beberapa peserta upacara terlihat meneteskan air mata, teringat orang-orang tercinta direnggut kejamnya narkoba. Ya. Pecandu narkoba juga manusia, seperti kita. (I Ketut Ari Teja)