IKON Bali Turut Dukung Perjuangan Rakyat Myanmar
Dimuat juga di Bale Bengong
Tindak kekerasan junta militer di Myanmar terhadap biksu, mahasiswa, dan kelompok prodemokrasi di negara yang tengah bergejolak tersebut mengundang keprihatinan kalangan aktivis di Bali. Maka, pada Minggu (30/09), kelompok yang tergabung dalam Solidaritas Kemanusiaan untuk Myanmar itu menggelar aksi damai di perempatan Matahari Denpasar.
Dalam aksinya, kelompok yang terdiri dari aktivis, mahasiswa, jurnalis, maupun kelompok prodemokrasi lain di Bali itu mengutuk tindak kekerasan junta militer pada biksu, mahasiswa, dan kelompok prodemokrasi di Myanmar. Sebagai mana diketahui, demonstrasi secara simultan oleh biksu di negara yang dipimpin rezim militer itu telah mengakibatkan korban berjatuhan. Hingga Jumat lalu, setidaknya 13 orang telah tewas akibat kekerasan oleh tentara dan polisi. Selain biksu dan mahasiswa, salah satu korban tersebut adalah wartawan.
Karena itu Solidaritas Kemanusiaan untuk Myanmar juga menuntut agar junta militer Myanmar segera menghentikan tindak kekerasan tersebut dan memberikan kebebasan berekspresi pada seluruh kelompok sipil di Myanmar. “Pemerintah Myanmar agar segera mewujudkan demokratisasi, salah satunya dengan membebaskan Aung San Suu Kyi dan seluruh aktivis prodemokrasi yang ditangkap dan ditahan oleh junta militer,” teriak Koordinator Lapangan Surya Jelantik di depan sekitar 50 massa.
Pernyataan lain yang diserukan demonstran adalah agar Junta militer memberikan akses kebebasan dan perlindungan pada jurnalis yang meliput dan melaporkan gejolak politik yang terjadi Myanmar saat ini serta menyerukan kepada seluruh kelompok sipil dan prodemokrasi di Indonesia untuk mendukung perjuangan rakyat Myanmar melawan junta militer saat ini.
Solidaritas Kemanusiaan untuk Myanmar sendiri merupakan gabungan dari berbagai kelompok prodemokrasi di Bali yang terdiri dari Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Bali, Front Demokrasi Perjuangan Rakyat (Frontier) Bali, Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMS), Ikatan Korban Napza (IKON) Bali, Dewan Perwakilan Mahasiswa Ekstensi (Depermasi) Fakultas Hukum Unud, Himpunan Mahasiswa Program Ekstensi (HMPE) FH Unud, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar, Sloka Institute, Pers Mahasiswa Akademika Unud, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Bali, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bali, dan Komunitas Taman 65.
Sejak pukul 09.30 Wita, massa berkumpul di Kampus Universitas Udayana Jl PB Sudirman. Setelah itu massa menuju perempatan Jl Sudirman – Jl Dewi Sartika dengan membawa poster dan spanduk dalam bahasa Inggris. Isi poster itu antara lain Free Aung San Suu Kyi, Don’t Shoot Journalist, Don’t Kill Monks, dan puluhan poster lain. Secara bergantian mereka juga meneriakkan tuntutannya melalui megaphone.
Menurut Korlap Surya Jelantik, aksi damai tersebut dilakukan sebagai solidaritas dan simpati pada perjuangan rakyat Myanmar yang sedang berjuang melawan junta militer di negeri tetangga tersebut. “Aksi ini sekaligus sebagai bentuk keprihatinan kami atas jatuhnya korban di kalangan biksu, mahasiswa, dan wartawan di sana,” kata Jelantik.
“Kekerasan pada biksu, mahasiswa, dan kelompok prodemokrasi oleh tentara dan polisi di Myanmar hingga mengakibatkan korban tewas adalah puncak dari kebobrokan rezim di bawah tirani militer di Myanmar,” tegas Jelantik.
Rezim yang tertutup juga mengakibatkan makin parahnya penderitaan di sana. “Kenaikan harga bahan bakar minyak hingga 500 persen merupakan salah satu bentuk tidak adanya kepedulian penguasa Myanmar pada rakyatnya sendiri. Hal ini menambah makin terpuruknya demokratisasi di Myanmar dengan masih ditahannya Aung San Suu Kyi, salah satu aktivis prodemokrasi di sana,” ujar Jelantik.
Namun, lanjutnya, akibat paling parah dari tindak kekerasan yang dilakukan tentara dan polisi pada biksu, mahasiswa, dan aktivis prodemokrasi tersebut adalah terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM). “Padahal HAM adalah hal mendasar yang harus dihormati dalam kondisi apa pun serta bersifat universal dan harus dihormati tanpa melihat batas-batas negara dan keyakinan apa pun,” tambah Wayan Gendo Suardana, Ketua PBHI Bali yang juga ikut aksi.
Koordinator IKON Bali IGN Wahyunda juga turut menyampaikan orasi pada aksi solidaritas selama satu jam tersebut. Sekitar 10 anggota IKON Bali juga ikut aksi tersebut. “Ini sebagai bentuk solidaritas kami terhadap pejuang HAM di Myanmar,” kata Wahyu.
Selain diisi orasi, massa juga menyebarkan pamflet pada pengguna jalan yang melewati kawasan tersebut.
Leave a reply
[contact-form-7 id=”197″ title=”Untitled”]